Real Story


Blog Sedang dalam Pengerjaan




_______________________________

Apakah ada orang yang akan menjawab “Ya, saya sudah menjadi manusia sempurna” tatkala ia ditanya “Sudahkah Anda merasa menjadi orang yang sempurna?”. Saya yakin, dalam dataran lisan, jarang orang yang berani menjawab demikian. Tapi saya juga yakin, dalam dataran perbuatan, justru kebanyakan orang menunjukkan jawaban seperti di atas.
Cukup mudah mencari contoh. Ambil penulis sebagai misal. Belum lama saya tahu bahwa doa sahih sebelum makan adalah bismillah bukan Allahumma baariklana, fiima razaktana wakina azaabannar. Saya juga baru tahu ketika turun hujan maka disunnahkan membaca doa Shoyyiban naafian, atau Allahumma shoyyiban naafian.
Contoh di atas menunjukkan betapa minimnya ilmu agama penulis. Saya juga menyadari hal tersebut. Sampai titik ini, saya mengakui ilmu agama yang dimiliki kurang. Tapi, dalam tingkat perbuatan ternyata saya menunjukkan sikap saya adalah orang yang sudah sempurna dalam bidang agama. Pasalnya, saya jarang membaca buku-buku keagamaan yang ilmiah, yang kredibel, yang tidak menyelisihi pemahaman Rasulullah salalahu alaihi wasalam dan para Sahabatnya.
Tadi contoh dalam ilmu agama. Dalam bidang kebahasaan, khususnya penggunaan kata baku dan tidak baku, saya juga mengakui banyak kekurangan. Baru-baru ini saja saya mengetahui bahwa kata yang baku itu standardisasi bukan standarisasi. Entri yang baku adalah sontek bukan contek untuk merujuk kepada pengertian kecurangan yang dilakukan siswa saat ujian dengan cara menjiplak catatan.
Tapi sekali lagi, walaupun saya mengakui masih banyak kekurangan dalam hal tata bahasa baku, tapi perilaku saya justru menunjukkan saya adalah orang yang sudah sempurna dalam bidang bahasa. Ketika seorang rekan guru mengoreksi artikel saya dan menemukan beberapa kesalahan, bukannya saya berterima kasih dan langsung menerima koreksiannya. Saya malah berargumen dan dada ini terasa panas karena koreksiannya.
Ah, betapa belum sempurnanya diriku. Ungkapan tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini, baru sebatas retorika atau lipstik saja. Saya ingin lisan dan perbuatan saya selaras, ungkapan tidak ada manusia yang sempurna tidak hanya sebatas hiasan di bibir saja. Semoga.
Bagaimana dengan Anda, seberapa sempurna diri Anda?